Jumat, 11 Januari 2013

TINDAKAN PEMBERIAN OKSIGEN PADA Tn. MAHMUD DENGAN PENYAKIT CHF PADA RUANG TU DI RUMAH SAKIT TNI/AD LHOKSEUMAWE




BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
CHF adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh, Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
CHF merupakan penyebab tersering seseorang dirawat di rumah sakit. Seperti kita contohkan di Amerika. Sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF di derita lansia yang berusia 50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun. Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang di diagnosis CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess,1998).

B.  Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah agar mampu menerapakan tindakan pemberian oksigen  pada Tn. Mahmud dengan kasus penyakit CHF di ruang TU di Rumah Sakit TNI/AD Lhokseumawe.

2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisaj ini adalah sebagai berikut :
-          Dapat melakukan pengkajian pada Tn. Mahmud dengan kasus CHF dan dapat mengetahui masalah yang dihadapi oleh klien.
-          Dapat merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. Mahmud sesuai dengan data-data yang berhasil di dapat selama pengkajian.
-          Dapat menentukan perencanaan keperawatan pada Tn. Mahmud dengan kasus CHF.
-          Dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan klien.
-          Dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam tindakan pemberian oksigen  pada Ny. M dengan kasus penyakit CHF di ruang TU di Rumah Sakit TNI/AD Lhokseumawe.
-          Sebagai salah satu syarat kelulusan praktikum.
-          Sebagai salah satu penugasan mata kuliah keterampilan dasar praktik klinik kebidanan.

C.  Manfaat Penulisan
-          Untuk mengaplikasi dan memperdalam ilmu dalam bidang pembahasan tentang pemberian oksigen dan CHF beserta tindakan yang harus di lakukan.
-          Sebagai bahan baik bagi penulis maupun akademik.









BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A.      Pengertian Oksigen dan CHF
Oksigen yaitu suatu zat atau gas yang tidak berwarna, serta tidak ada rasa dan mudah terbakar yang di gunakan dalam metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel dalam tubuh. Adapun Tujuan Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru.
Sedangkan yang dimaksud dengan CHF adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (gagal jantung). Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi  kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolik tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung.
Gagal jantung kongetif adalah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.
Gagal jantung juga mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif pulmonal dan sistemik. Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan geajala yang diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan cukup darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus. Adapun Tujuan Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru . CHf atau gagal jantung merupakan suatu keadaan jantung yang mengalami kelainan yang dapat menyebakan jantung tidak mampu memompakan darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi.

B.       Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis  yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta  dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
1.      Kelainan otot jantung.
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2.      Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3.      Hipertensi sistemik atau pulmonal
Hipertensi sistemik atau pulmonal meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
4.      Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

C.      Patofisiologi
CHF terjadi karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang memengaruhi kontraktilitas, after load, preload, atau fungsi lusitropik (fungsi relaksasi) jantung, dan respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan kompensasi sirkulasi. Meskipun konsekuensi hemodinamik gagal jantung berespons terhadap intervensi farmakologis standar, terdapat interaksi neurohormonal kritis yang efek gabungannya memperberat dan memperlama sindrom yang ada.
1.        Proses Perjalanan Penyakit
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Secara konsep curah jantung adalah perkalian dari fungsi frekuensi jantung dan volume sekuncup. Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu : preload, kontraktilitas dan afterload. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot jantung. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasilnya curah jantung berkurang, menyebabkan volume sekuncup tidak dapat melakukan kompensasi yang mengakibatkan gagal jantung.
Gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA), terbagi dalam empat kelas fungsional yaitu :
-          Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat.
-          Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang.
-          Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik ringan.
-          Timbul gejala sesak pada aktifitas saat istirahat.

2.        Manifestasi Klinik
a.    Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi : dispnea, ortopnea, batuk, mudah lelah, takikardia, insomnia.
Ø  Dispnea dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan minimal atau sedang.
Ø  Ortopnea kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami ortopnea pada malam hari, hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun diekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya tekanan dalam sirkulasi  paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke alveoli.
Ø  Batuk yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah yang banyak, yang kadang disertai bercak darah.
Ø  Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas.
Ø  Insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
b.        Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia.
Ø  Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai, paha dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
Ø  Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh darah portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan ascites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
Ø  Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
Ø  Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung membaik saat istirahat.
Ø  Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan

3.        Komplikasi
a.       Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
b.      Syok Kardiogenik, merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif, terjadi bila vetrikel kiri mengalami kerusakan yang sangat luas. Tanda syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.

D.     Penanganan (Pemberian Oksigen)
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam  penanganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.
1.      Pengertian Oksigen dan Tujuannya
Oksigen yaitu suatu zat atau gas yang tidak berwarna, serta tidak ada rasa dan mudah terbakar yang di gunakan dalam metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel dalam tubuh. Adapun yang menjadi Tujuan Pemberian Oksigen yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru.

2.        Sistem Pemberian Oksigen
-          Kanal nasal
-          Kateter nasal
-          Sungkup muka sederhana
-          Sungkup muka dengan rebreathing
-          Sungkup muka dengan kantong non rebreating

3.        Indikasi Pemberian Oksigen
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
a.       Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2  sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. 
b.      Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. 
c.       Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
d.      Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit.
e.       Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.

f.       Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan  mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
g.      Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
h.      Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.
i.        Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.

4.        Persiapan
a.       Alat:
-          Tabung oksigen beserta isinya.
-          Regulator dan flow meter.
-          Botol pelembab.
-          Masker atau nasal prong.
-          Slang penghubung.

b.      Penderita
-          Penderita diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
-          Pendrita ditempatkan pada posisi yang sesuai.

5.        Tata Cara Pemberian Oksigen
a.       Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya.
b.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
c.       Hubungkan nasal prong atau masker dengan slang oksigen ke botol pelembab.
d.      Pasang ke penderita.
e.       Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan.
f.       Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal prong atau masker dari penderita.
g.      Tabung oksigen ditutup.
h.      Penderita dirapikan kembali.
i.        Peralatan dibereskan

6.        Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Oksigen
a.       Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen.
b.      Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran.
c.       Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol.
d.      Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai.
e.       Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering.
f.       Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran.
g.      Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1-2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan.









BAB III
PENGUMPULAN DATA

A.      Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama               : Tn. Mahmud
Umur               : 47 Tahun
Jenis kelamin   : Pria
Agama             : Islam
Alamat            : Hagu Selatan
Suku                : Aceh
Pekerjaan         : Wiraswasta
MRS                : 24 – 12 – 2012
Diagnosa         : CHF
II. Keluhan Utama
Alasan utama MRS : Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari SMRS. Klien mengeluh nyeri dada 3 minggu sebelum MRS, timbul terutama saat batuk dan sesak nafas sejak 2 hari sebelum MRS, dan apabila melakukan aktifitas sehari-hari bertambah sesak, tidak berkurang dengan pemberian obat dari dokter( nama lupa) serta tidur menggunakan bantal lebih dari 2.
III. Riwayat Penyakit Sekarang
 Penyakit yang di derita CHF ec DM Type II+HDD+PJK+DBD.
III. Riwayat Penyakit Terdahulu
 Sekitar 5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi sejak itu klien kontrol ke RSU PMI tapi tidak rutin
IV. Riwayat Penyakit Keluarga
  Pada keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, jantung atau DM
V.  Pola Kegiatan Sehari-hari
            a. Nutrisi
Sebelum MRS klien makan 3x Sehari dengan porsi cukup saat MRS pemenuhan nutrisi diit jantung III dengan 1700 kal, minum 750 cc/24 jam, kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi tidak ada. Setelah MRS pasien mengatakan perut semakin membesar, mudah kenyang, makan < 1 piring, nafsu makan baik
b. Pola Eliminasi
BAB:                                                               BAK:
Frekuensi                     : 1x/2 hari                    Frekuensi                     : 5/6 x / hari
Warna dan bau            : coklat                                    Warna dan Bau           : kuning
Konsistensi                  : Lunak                        Keluhan                       : -
Keluhan                       : -                    
c.       Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum MRS                                                             Setelah MRS
-          Tidur
Frekuensi         : 2x / hari                     Frekuensi                     : 2x / hari
Jam tidur siang: 4 – 5 jam / hari          Jam tidur siang            : 4 – 5 jm/hr Jam tidur malam: 6 – 7 jam / hari                        Jam tidur malam          : 6 – 7 jm/hr
Keluhan           : tidak ada                               Keluhan : sesak, mudah  terbangun                         
-          Pola Istirahat
Sebelum MRS Klien hanya istirahat di rumah saja, tidak ada kegiatan sehari-hari karena merasa sesak ketika melakukan aktifitas yang agak berat. Setelah MRS klien hanya duduk dan berbaring di ranjang.
B. Pemeriksaan Fisik
a.        Status kesehatan
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara jelasTD :  140/90 mmHg, N : 100 x/menit reguler  , RR : 20 x/ menit,T : 36,5 oC
b.        Kepala
Normocephalic, simetris, nyeri kepala tidak ada.
c.        Wajah
Simetris, oedema (-),  tidak ada sianosis
d.       Mata
Kelopak mata normal, konjungtiva anemis (-), isokor, sklera ikterik (-),reflex cahaya (+), tajam penglihatan menurun.
e.        Telinga
secret (-), serumen (+), membrane timpani normal, pendengaran menurun.
f.         Mulut dan Faring
Stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, kelainan tidak ada.
g.        Leher
Simetris, kaku kuduk (-), pembesaran vena jugularis (+).
h.        Thoraks
Paru
Gerakan simetris, retraksi supra renal (-), retraksi intercosta (-), perkusi resonan, ronchi +/+, wheezing -/-, vocal fremitus kuat dan simetris.
i.          Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 axila anterior kanan, perkusi dullness, bunyi S1 dan S2 tunggal, Gallop (-), mur-mur (-), capillary refill 2-3 detik.
j.          Bising usus (+), tidak ada benjolan, nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, pembesaran hepar 2 jari lunak.
k.        Genitalia
Tidak diperiksa.
l.          Ekstermitas
Akral hangat, edema (-/-), kekuatan 3/4, gerak yang tidak disadari (-).


C. Diagnosa
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas miokardial ditandai dengan :
DS
o   Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari SMRS
o   Klien mengeluh nyeri dada 3 minggu sebelum MRS.
o   Klien mengatakan ketika melakukan aktifitas sehari-hari bertambah sesak.
DO
o   TTV :
TD : 140/90 mmHg, N : 100 x/menit reguler  , RR : 20 x/ menit,T : 36,5 Oc
o   Leher: pembesaran vena jugularis (+)
o   Laboratorium
Hb                   : 11,9    13 - 15
Hematokrit      :   35      40 – 48
o   EKG :
Tanggal : 25-12-2012
            Hasil/kesan : irama sinus, ST elevasi pada V4, Q patologis pada v1-v3
            Tanggal : 27-12-2012
Hasil/kesan : irama sinus, HR 110x/ mnt ireguler, axis, LAD           
2.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan keletihan ditandai dengan:
DS
o   Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari SMRS.
o   Klien mengatakan ketika melakukan aktifitas sehari-hari bertambah sesak.
o   Tajam penglihatan menurun.

DO
o   Ekstermitas : kekuatan ¾
o   Laboratorium
Hb                   : 11,9    13 - 15
Hematokrit      :   35      40 – 48
o   EKG :
Tanggal : 25-12-2012
Hasil/kesan : irama sinus, ST elevasi pada V4, Q patologis pada v1-v3
Tanggal : 27-12-2012
                        Hasil/kesan : irama sinus, HR 110x/ mnt ireguler, axis, LAD           
o   TTV : TD : 140/90 mmHg, N : 100 x/menit reguler  , RR : 20 x/ menit,T : 36,5 oC
D. Evaluasi
NO DX
HARI/
TANGGAL
JAM
INTERVENSI
EVALUASI
KET
1
25-12-2012
09:00




09:30





09:50




10:00
1.     mengkaji dan catat tekanan darah,sianosis,irama dan denyut jantung
hasil: TD: 120/90, HR: 122 x/mnt regular, RR:  20 x/mnt
2.     mengintruksikan untuk menjaga keseimbangan intake dan output
hasil:
klien Nampak paham dengan penjelasan yang diberikan
3.     menjelaskan tentang penggunaan dosis frekuensi dan efek samping obat
hasil:
klien Nampak paham dengan penjelasan yang diberikan
4.     mengkolaborasi pemberian diuretic dan antibiotic
hasil: klien minum obat
S: klien mengatakan sesak nafas dan jantung bergerak tidak teratur
O: TD: 120/90 mmHg,RR: 22 x/mnt,N: 116 x/mnt, reuler, EKG: irama sinus, HR: 110 x/mnt, ireguler, axis, LAD
A.    masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

NO DX
HARI/
TANGGAL
JAM
INTERVENSI
EVALUASI
KET
2
11-04-2012
09:00



09:30





09:45



09:47
5.     mengkaji respon emosional dan spiritual klien
hasil: motivasi klien terhadap aktifitas baik
6.     memonitor cardiorespiratory terhadap kelelahan
hasil: TTV:
T: 120/90 mmHg
HR: 116 x/mnt regular
RR: 22 x/mnt
7.     menintruksikan teknik relaksasi selama aktifitas
hasil: klien paham dengan intruksi yang diberikan
8.     mengevalu
si motivasi kilen terhadap peningkatan aktifitas
hasil: klien mangatakan mudah merasa lelah,sesak nafas, dah jantung tidak teratur
S: klien mengatakan sesak nafas dan jantung bergerak tidak teratur
O: TD: 120/90 mmHg,RR: 22 x/mnt,N: 116 x/mnt, reuler, EKG: irama sinus, HR: 110 x/mnt, ireguler, axis, LAD
B.    masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi




NO DX
HARI/
TANGGAL
JAM
INTERVENSI
EVALUASI
KET
1
12- 04 2012
09:00




09:30





09:50





10:00
1.   mengkaji dan catat tekanan darah,sianosis,irama dan denyut jantung
hasil: TD: 120/90, HR: 110 x/mnt regular, RR:  22 x/mnt capillary refill 3 detik
2.   mengintruksikan untuk menjaga keseimbangan intake dan output
hasil:
klien Nampak paham dengan penjelasan yang diberikan
3.   menjelaskan tentang penggunaan dosis frekuensi dan efek samping obat
hasil:
klien Nampak paham dengan penjelasan yang diberikan
4.   mengkolaborasi pemberian diuretic dan antibiotic
hasil: klien minum obat
S: klien mengatakan sesak nafas dan jantung bergerak tidak teratur
O: TD: 120/90 mmHg,RR: 22 x/mnt,N: 116 x/mnt, reguler, EKG: irama sinus, HR: 110 x/mnt, ireguler, axis, LAD
C.    masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

NO DX
HARI/
TANGGAL
JAM
 INTERVENSI
EVALUASI
KET
2
12-04-2012
09:00



09:30





09:45



09:47
6.   mengkaji respon emosional dan spiritual klien
hasil: motivasi klien terhadap aktifitas baik
7.   memonitor cardiorespiratory terhadap kelelahan
hasil: TTV:
T: 120/90 mmHg
HR: 110 x/mnt regular
RR: 20 x/mnt
8.   menintruksikan teknik relaksasi selama aktifitas
hasil: klien paham dengan intruksi yang diberikan
9.   mengevalu
si motivasi kilen terhadap peningkatan aktifitas
hasil: klien mangatakan mudah merasa lelah,sesak nafas, dah jantung tidak teratur
S: klien mengatakan sesak nafas dan jantung bergerak tidak teratur
O: TD: 120/90 mmHg,RR: 22 x/mnt,N: 116 x/mnt, reuler, EKG: irama sinus, HR: 110 x/mnt, ireguler, axis, LAD
D.    masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi


























BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus. Adapun Tujuan Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru .
CHf atau gagal jantung merupakan suatu keadaan jantung yang mengalami kelainan yang dapat menyebakan jantung tidak mampu memompakan darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi.

B.       Saran
Semoga penulisan ini berguna baik bagi pembaca maupun penulis dan akademi  kesehatan lainnya. Penulis sangat mengharapkan kritikan dan sarannya agar penulisan ini dapat diharapkan menjadi lebih baik kedepannya.










DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Bandung : Yayasan IAPK Padjajaran, 1996.
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,  Jakarta: EGC, 1997.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , Jakarta: EGC, 2000,  Jakarta.
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Jakarta: Kedikteran EGC, 2002.
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta  Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, Jakarta: EGC, 1997.
Muhammad Amin, Hood Alsagaff, WBM Taib Saleh, Penyakit Paru Obstruktif Menahun, Ilmu Penyakit Paru, Jakarta: Erlangga University Press, 1989.
Noer Staffoeloh, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Jakarta: Balai Penerbit FKUI 1999.
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), ,Jakarta: EGC, 1995.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar