BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saat ini Congestive
Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif
merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan
prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10%
pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada
gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling
sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit meskipun pengobatan rawat
jalan telah diberikan secara optimal.
CHF adalah ketidak mampuan
jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh, Risiko CHF akan meningkat pada
orang lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF
ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti:
hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga
dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
CHF merupakan penyebab
tersering seseorang dirawat di rumah sakit. Seperti kita contohkan di Amerika. Sekitar
3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF di derita lansia yang
berusia 50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia
berusia di atas 50 tahun. Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang di diagnosis
CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess,1998).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah agar mampu menerapakan tindakan
pemberian oksigen pada Tn. Mahmud dengan
kasus penyakit CHF di ruang TU di Rumah Sakit TNI/AD Lhokseumawe.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisaj ini adalah sebagai berikut :
-
Dapat melakukan
pengkajian pada Tn. Mahmud dengan kasus CHF dan dapat mengetahui masalah yang
dihadapi oleh klien.
-
Dapat merumuskan
diagnose keperawatan pada Tn. Mahmud sesuai dengan data-data yang berhasil di dapat
selama pengkajian.
-
Dapat menentukan
perencanaan keperawatan pada Tn. Mahmud dengan kasus CHF.
-
Dapat
mengimplementasikan tindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai dengan
kebutuhan klien.
-
Dapat mengetahui sejauh
mana keberhasilan dalam tindakan pemberian oksigen pada Ny. M dengan kasus penyakit CHF di ruang
TU di Rumah Sakit TNI/AD Lhokseumawe.
-
Sebagai salah satu
syarat kelulusan praktikum.
-
Sebagai salah satu
penugasan mata kuliah keterampilan dasar praktik klinik kebidanan.
C. Manfaat Penulisan
-
Untuk mengaplikasi dan
memperdalam ilmu dalam bidang pembahasan tentang pemberian oksigen dan CHF
beserta tindakan yang harus di lakukan.
-
Sebagai bahan baik bagi
penulis maupun akademik.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A.
Pengertian Oksigen dan CHF
Oksigen yaitu suatu zat
atau gas yang tidak berwarna, serta tidak ada rasa dan mudah terbakar yang di
gunakan dalam metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
dalam tubuh. Adapun Tujuan Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja
jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk
menurunkan kerja paru-paru.
Sedangkan yang dimaksud
dengan CHF adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
(gagal jantung). Gagal Jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolic secara abnormal Ciri-ciri yang penting
dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolik tubuh, kedua penekanan
arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah
gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium
umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat
menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi
pompanya.
Istilah gagal sirkulasi
lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan
ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan
dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan
dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk
perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung.
Gagal jantung kongetif
adalah keadaan
dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang
lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti
kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada
gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang
berlebihan atau anuria.
Gagal jantung juga
mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif pulmonal dan
sistemik. Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan geajala yang
diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Dari pengertian di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita
yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan
dengan menggunakan alat khusus. Adapun Tujuan
Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan
oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru . CHf
atau gagal jantung merupakan suatu keadaan jantung yang mengalami kelainan yang
dapat menyebakan jantung tidak mampu memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi.
B. Etiologi
Gagal jantung adalah
komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif
maupun didapat. Mekanisme fisiologis
yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan
cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi
stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark
miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-faktor yang
dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan sirkulasi yang
mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan
emboli paru-paru. Penanganan yang
efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja
terhadap mekanisme fisiologis dan penyakit yang
mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal
jantung.
1. Kelainan otot jantung.
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Hipertensi sistemik atau pulmonal meningkatkan beban kerja jantung pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung.
4. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah
faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung.
Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Hipoksia dan anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik)
dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
C. Patofisiologi
CHF terjadi karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang
memengaruhi kontraktilitas, after load, preload, atau fungsi lusitropik (fungsi
relaksasi) jantung, dan respons neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan
untuk menciptakan kompensasi sirkulasi. Meskipun konsekuensi hemodinamik gagal
jantung berespons terhadap intervensi farmakologis standar, terdapat interaksi
neurohormonal kritis yang efek gabungannya memperberat dan memperlama sindrom
yang ada.
1.
Proses Perjalanan Penyakit
Mekanisme yang
mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung,
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Secara
konsep curah jantung adalah perkalian dari fungsi frekuensi jantung dan volume
sekuncup. Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada
gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah
darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu :
preload, kontraktilitas dan afterload. Preload adalah jumlah darah yang mengisi
jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya
regangan serabut otot jantung. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium. Afterload mengacu pada besarnya
tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
Pada gagal jantung,
jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasilnya curah
jantung berkurang, menyebabkan volume sekuncup tidak dapat melakukan kompensasi
yang mengakibatkan gagal jantung.
Gagal jantung menurut
New York Heart Association (NYHA), terbagi dalam empat kelas fungsional yaitu :
-
Timbul gejala sesak
pada aktifitas fisik berat.
-
Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang.
-
Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik ringan.
-
Timbul gejala sesak pada aktifitas saat istirahat.
2.
Manifestasi Klinik
a. Gagal
jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal
ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang
dari paru. Peningkatan
tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi : dispnea, ortopnea, batuk,
mudah lelah, takikardia, insomnia.
Ø Dispnea
dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran
gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan oleh
gerakan minimal atau sedang.
Ø Ortopnea
kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami ortopnea
pada malam hari, hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan
posisi kaki dan tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah
beberapa jam cairan yang tertimbun diekstremitas yang sebelumnya berada di
bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak mampu
mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat. Akibatnya tekanan dalam
sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut, cairan berpindah ke alveoli.
Ø Batuk
yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi
yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa
dalam jumlah yang banyak, yang kadang disertai bercak darah.
Ø Mudah
lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernapas.
Ø Insomnia
yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
b.
Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti
visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah,
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia,
mual dan nokturia.
Ø Edema
dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai, paha dan
akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
Ø Hepatomegali
dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena
di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh darah portal
meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang
dinamakan ascites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat
menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
Ø Anoreksia
dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
Ø Nokturia
terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada saat
berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung
membaik saat istirahat.
Ø Kelemahan
yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya curah
jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang
tidak adekuat dari jaringan
3.
Komplikasi
a. Trombosis
vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
b. Syok
Kardiogenik, merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kongestif, terjadi bila vetrikel kiri mengalami kerusakan yang sangat
luas. Tanda syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah,
hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan
haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
D. Penanganan (Pemberian
Oksigen)
Gagal jantung ditangani dengan
tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap
ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara
sendiri-sendiri maupun gabungan dari beban awal, kontraktilitas dan beban
akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat
beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secara progresif
ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut
dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat
menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih
agresif .
Pembatasan aktivitas
fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun
sangat tepat dalam penanganan gagal
jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai
memaksakan larangan yang tak perlu
untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa
kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik.
Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis.
Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pada pembatasan
aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.
1. Pengertian Oksigen dan Tujuannya
Oksigen yaitu suatu zat
atau gas yang tidak berwarna, serta tidak ada rasa dan mudah terbakar yang di
gunakan dalam metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
dalam tubuh. Adapun yang menjadi Tujuan Pemberian Oksigen yaitu Untuk
menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan oksigen yang ada kuat pada
jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru.
2.
Sistem Pemberian Oksigen
-
Kanal nasal
-
Kateter nasal
-
Sungkup muka sederhana
-
Sungkup muka dengan
rebreathing
-
Sungkup muka dengan
kantong non rebreating
3.
Indikasi Pemberian Oksigen
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
a. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh
dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di
dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2
sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
b. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap nutrien dan oksigen.
c. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana
terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena
kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan
pertukaran gas O2 dan CO2.
d. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan
oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien
asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit
karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas),
bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari
16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih
dari 24x/menit.
e. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat,
misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang
adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
f. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat
penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami gangguan
untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
g. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar,
konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat
dari keadaan hipermetabolisme.
h. Post operasi
Setelah operasi, tubuh
akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi
aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang
cukup.
i.
Keracunan karbon
monoksida
Keberadaan CO di dalam
tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2
yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
4.
Persiapan
a. Alat:
-
Tabung
oksigen beserta isinya.
-
Regulator
dan flow meter.
-
Botol
pelembab.
-
Masker
atau nasal prong.
-
Slang
penghubung.
b. Penderita
-
Penderita
diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
-
Pendrita
ditempatkan pada posisi yang sesuai.
5.
Tata Cara Pemberian Oksigen
a. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
c. Hubungkan nasal prong atau masker dengan slang oksigen ke botol
pelembab.
d. Pasang ke penderita.
e. Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan.
f. Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal prong atau
masker dari penderita.
g. Tabung oksigen ditutup.
h. Penderita dirapikan kembali.
i.
Peralatan
dibereskan
6.
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Oksigen
a.
Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian
oksigen.
b.
Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat
menimbulkan kebakaran.
c.
Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang
ada pada botol.
d.
Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila
tidak dipakai.
e.
Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan
kering.
f.
Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit
paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran.
g.
Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1-2 liter/menit,
kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan.
BAB
III
PENGUMPULAN
DATA
A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama :
Tn. Mahmud
Umur :
47 Tahun
Jenis
kelamin : Pria
Agama : Islam
Alamat : Hagu Selatan
Suku : Aceh
Pekerjaan : Wiraswasta
MRS : 24 – 12 – 2012
Diagnosa : CHF
II. Keluhan Utama
Alasan utama MRS : Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari SMRS. Klien
mengeluh nyeri dada 3 minggu sebelum MRS, timbul terutama saat batuk dan sesak
nafas sejak 2 hari sebelum MRS, dan apabila melakukan aktifitas sehari-hari
bertambah sesak, tidak berkurang dengan pemberian obat dari dokter( nama lupa)
serta tidur menggunakan bantal lebih dari 2.
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Penyakit yang
di derita CHF ec DM Type II+HDD+PJK+DBD.
III. Riwayat Penyakit Terdahulu
Sekitar
5 tahun yang lalu klien menderita hipertensi sejak itu klien kontrol ke RSU PMI
tapi tidak rutin
IV. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada
keluarga tidak ada yang menderita penyakit hipertensi, jantung atau DM
V. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum MRS klien makan 3x Sehari dengan
porsi cukup saat MRS pemenuhan nutrisi diit jantung III dengan 1700 kal, minum
750 cc/24 jam, kesulitan menelan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi
tidak ada. Setelah MRS pasien mengatakan perut semakin membesar, mudah kenyang,
makan < 1 piring, nafsu makan baik
b. Pola Eliminasi
BAB: BAK:
Frekuensi : 1x/2
hari Frekuensi : 5/6 x / hari
Warna dan bau : coklat Warna dan Bau :
kuning
Konsistensi : Lunak Keluhan : -
Keluhan :
-
c. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum MRS Setelah
MRS
-
Tidur
Frekuensi : 2x / hari Frekuensi : 2x / hari
Jam tidur siang: 4 – 5 jam / hari Jam
tidur siang : 4 – 5 jm/hr Jam
tidur malam: 6 – 7 jam / hari Jam tidur malam : 6 – 7 jm/hr
Keluhan :
tidak ada Keluhan : sesak, mudah terbangun
-
Pola Istirahat
Sebelum MRS Klien hanya istirahat di rumah
saja, tidak ada kegiatan sehari-hari karena merasa sesak ketika melakukan
aktifitas yang agak berat. Setelah MRS klien hanya duduk dan berbaring di
ranjang.
B. Pemeriksaan Fisik
a.
Status kesehatan
Keadaan penyakit sedang, kesadaran komposmentis, suara
jelasTD : 140/90 mmHg, N : 100 x/menit
reguler , RR : 20 x/ menit,T : 36,5 oC
b.
Kepala
Normocephalic, simetris, nyeri kepala tidak ada.
c.
Wajah
Simetris, oedema (-),
tidak ada sianosis
d. Mata
Kelopak mata normal, konjungtiva anemis (-), isokor,
sklera ikterik (-),reflex cahaya (+), tajam penglihatan menurun.
e.
Telinga
secret (-), serumen (+), membrane timpani normal,
pendengaran menurun.
f.
Mulut dan Faring
Stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, kelainan tidak
ada.
g.
Leher
Simetris, kaku kuduk (-), pembesaran vena jugularis
(+).
h.
Thoraks
Paru
Gerakan simetris, retraksi supra renal (-), retraksi
intercosta (-), perkusi resonan, ronchi +/+, wheezing -/-, vocal fremitus kuat
dan simetris.
i.
Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4
sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 axila anterior kanan,
perkusi dullness, bunyi S1 dan S2 tunggal, Gallop (-), mur-mur (-), capillary
refill 2-3 detik.
j.
Bising usus (+), tidak ada benjolan, nyeri tekan pada
kuadran kanan bawah, pembesaran hepar 2 jari lunak.
k.
Genitalia
Tidak diperiksa.
l.
Ekstermitas
Akral hangat, edema (-/-), kekuatan 3/4, gerak yang
tidak disadari (-).
C. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan
kontraktilitas miokardial ditandai dengan :
DS
o Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari
SMRS
o Klien mengeluh nyeri dada 3 minggu sebelum
MRS.
o Klien mengatakan ketika melakukan aktifitas
sehari-hari bertambah sesak.
DO
o TTV :
TD : 140/90 mmHg, N : 100 x/menit
reguler , RR : 20 x/ menit,T : 36,5 Oc
o Leher: pembesaran vena jugularis (+)
o Laboratorium
Hb
: 11,9 13 - 15
Hematokrit : 35
40 – 48
o EKG :
Tanggal :
25-12-2012
Hasil/kesan : irama sinus,
ST elevasi pada V4, Q patologis pada v1-v3
Tanggal : 27-12-2012
Hasil/kesan : irama sinus, HR 110x/ mnt
ireguler, axis, LAD
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan dan keletihan ditandai dengan:
DS
o Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari
SMRS.
o Klien mengatakan ketika melakukan aktifitas
sehari-hari bertambah sesak.
o Tajam penglihatan menurun.
DO
o Ekstermitas : kekuatan ¾
o Laboratorium
Hb :
11,9 13 - 15
Hematokrit : 35
40 – 48
o EKG :
Tanggal : 25-12-2012
Hasil/kesan : irama sinus, ST elevasi pada
V4, Q patologis pada v1-v3
Tanggal : 27-12-2012
Hasil/kesan
: irama sinus, HR 110x/ mnt ireguler, axis, LAD
o TTV : TD : 140/90 mmHg, N : 100 x/menit
reguler , RR : 20 x/ menit,T : 36,5 oC
D. Evaluasi
NO DX
|
HARI/
TANGGAL
|
JAM
|
INTERVENSI
|
EVALUASI
|
KET
|
1
|
25-12-2012
|
09:00
09:30
09:50
10:00
|
1. mengkaji dan catat tekanan
darah,sianosis,irama dan denyut jantung
hasil: TD:
120/90, HR: 122 x/mnt regular, RR: 20
x/mnt
2. mengintruksikan untuk menjaga
keseimbangan intake dan output
hasil:
klien Nampak
paham dengan penjelasan yang diberikan
3. menjelaskan tentang penggunaan
dosis frekuensi dan efek samping obat
hasil:
klien
Nampak paham dengan penjelasan yang diberikan
4. mengkolaborasi pemberian diuretic
dan antibiotic
hasil:
klien minum obat
|
S: klien
mengatakan sesak nafas dan jantung bergerak tidak teratur
O: TD:
120/90 mmHg,RR: 22 x/mnt,N: 116 x/mnt, reuler, EKG: irama sinus, HR: 110
x/mnt, ireguler, axis, LAD
A. masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
|
|
NO DX
|
HARI/
TANGGAL
|
JAM
|
INTERVENSI
|
EVALUASI
|
KET
|
2
|
11-04-2012
|
09:00
09:30
09:45
09:47
|
5. mengkaji respon emosional dan
spiritual klien
hasil:
motivasi klien terhadap aktifitas baik
6. memonitor cardiorespiratory
terhadap kelelahan
hasil:
TTV:
T: 120/90 mmHg
HR: 116
x/mnt regular
RR: 22
x/mnt
7. menintruksikan teknik relaksasi
selama aktifitas
hasil:
klien paham dengan intruksi yang diberikan
8. mengevalu
si
motivasi kilen terhadap peningkatan aktifitas
hasil:
klien mangatakan mudah merasa lelah,sesak nafas, dah jantung tidak teratur
|
S: klien
mengatakan sesak nafas dan jantung bergerak tidak teratur
O: TD:
120/90 mmHg,RR: 22 x/mnt,N: 116 x/mnt, reuler, EKG: irama sinus, HR: 110
x/mnt, ireguler, axis, LAD
B. masalah belum teratasi
P: Lanjutkan
intervensi
|
NO DX
|
HARI/
TANGGAL
|
JAM
|
INTERVENSI
|
EVALUASI
|
KET
|
1
|
12- 04 2012
|
09:00
09:30
09:50
10:00
|
1. mengkaji dan catat tekanan darah,sianosis,irama dan
denyut jantung
hasil: TD:
120/90, HR: 110 x/mnt regular, RR: 22
x/mnt capillary refill 3 detik
2. mengintruksikan untuk menjaga keseimbangan intake
dan output
hasil:
klien
Nampak paham dengan penjelasan yang diberikan
3. menjelaskan tentang penggunaan dosis frekuensi dan
efek samping obat
hasil:
klien
Nampak paham dengan penjelasan yang diberikan
4. mengkolaborasi pemberian diuretic dan antibiotic
hasil:
klien minum obat
|
S: klien
mengatakan sesak nafas dan jantung bergerak tidak teratur
O: TD:
120/90 mmHg,RR: 22 x/mnt,N: 116 x/mnt, reguler, EKG: irama sinus, HR: 110
x/mnt, ireguler, axis, LAD
C. masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
|
|
NO DX
|
HARI/
TANGGAL
|
JAM
|
INTERVENSI
|
EVALUASI
|
KET
|
2
|
12-04-2012
|
09:00
09:30
09:45
09:47
|
6. mengkaji respon emosional dan spiritual klien
hasil:
motivasi klien terhadap aktifitas baik
7. memonitor cardiorespiratory terhadap kelelahan
hasil:
TTV:
T: 120/90
mmHg
HR: 110
x/mnt regular
RR: 20
x/mnt
8. menintruksikan teknik relaksasi selama aktifitas
hasil:
klien paham dengan intruksi yang diberikan
9. mengevalu
si
motivasi kilen terhadap peningkatan aktifitas
hasil:
klien mangatakan mudah merasa lelah,sesak nafas, dah jantung tidak teratur
|
S: klien
mengatakan sesak nafas dan jantung bergerak tidak teratur
O: TD:
120/90 mmHg,RR: 22 x/mnt,N: 116 x/mnt, reuler, EKG: irama sinus, HR: 110
x/mnt, ireguler, axis, LAD
D. masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita
yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan
dengan menggunakan alat khusus. Adapun Tujuan
Pemberian Oksigenasi yaitu Untuk menurunkan kerja jantung, Untuk mempertahankan
oksigen yang ada kuat pada jaringan, dan Untuk menurunkan kerja paru-paru .
CHf atau gagal jantung
merupakan suatu keadaan jantung yang mengalami kelainan yang dapat menyebakan
jantung tidak mampu memompakan darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi.
B. Saran
Semoga penulisan ini
berguna baik bagi pembaca maupun penulis dan akademi kesehatan lainnya. Penulis sangat
mengharapkan kritikan dan sarannya agar penulisan ini dapat diharapkan menjadi
lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Bandung : Yayasan IAPK
Padjajaran, 1996.
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, edisi 8, Jakarta: EGC, 1997.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan ,
Jakarta: EGC, 2000, Jakarta.
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Jakarta: Kedikteran EGC, 2002.
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media
Aesculapius, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982.
Gallo & Hudak, Keperawatan
Kritis, edisi VI, Jakarta: EGC, 1997.
Muhammad Amin, Hood Alsagaff, WBM Taib Saleh, Penyakit Paru
Obstruktif Menahun, Ilmu Penyakit Paru, Jakarta: Erlangga University Press,
1989.
Noer Staffoeloh, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I, Jakarta: Balai Penerbit FKUI 1999.
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), ,Jakarta:
EGC, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar